IST ARAHAN: Hariyadi (kiri) memberi arahan kepada para wisatawan sebelum mereka memulai snorkling. |
Profesional Guide Diving, Sebuah Profesi Langka di Kota Taman
Latar belakang pendidikan pariwisata serta kegemarannya pada dunia petualangan, membawa dirinya menekuni profesi guide diving. Sebuah profesi yang masih terbilang langka di Kota Taman. Bagaimana lika liku kisahnya menekuni profesi tersebut ?
Pretty, Bontang
Hariyadi Adi atau biasa disapa Hari, merupakan salah seorang mahasiswa jebolan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) AMPTA Yogyakarta. Selain sebagai guide diving ternyata, ia juga salah seorang voluenter dalam kelompok Mata Elang Imagine untuk urusan teknik pengambilan video under water (dalam air).
Selain didukung dengan mengambil jurusan khusus pariwisata, ada hal lain membuat dirinya ‘menyelami’ dunia bawah laut. Yaitu, berlatar belakang kegemarannya pada petualangan. Baik di sebuah bentang alam, maupun di dalam dunia kuliner. Medio 2012 lalu, ia masih terbilang awam di dunia penyelaman. Gelapnya laut serta aneka biota yang menyeramkan sempat membuat ia kaku dan tegang saat kali pertama menyeburkan diri.
“Awalnya memang ada ketakutan, karena menyelam di bawah laut dengan kedalaman tertentu apalagi gelap juga. Tapi, ada satu hal menarik, karena saya sendiri basic-nya suka adventure gitu,” sapa pria alumni SMA Vidatra ini, Jumat (8/10).
Alhasil, ia mendaftarkan diri untuk memperoleh sertifikasi Universitas Gajah Mada (UGM) melalui POSI (Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) di Karimun Jawa. Tak main-main, katanya, pelatihan fisik sempat membuat ia babak belur. Bayangkan saja, ia harus berenang pulang pergi (PP) dengan total jarak 400 meter. Itupun, sambungnya, dibarengi oleh peserta lain dan merupakan anggota tim Search and Rescue (SAR) Kelaten, Jawa Tengah. Serta anggota kepolisian Semarang.
“Luar biasa untuk latihan fisiknya. Saya utamakan safety (keamanan) di laut. Selalu paling belakang dalam (hal) berenang. Ada anggota polisi yang cepat, akhirnya dia menginjak bulu babi. Akhirnya fatal dan error (untuk) dirinya,” kenangnya.
Sebagai seorang yang memiliki sertifikasi selam dasar, ia mengungkapkan, jika menyelam tidak boleh asal-asalan. Ada basic rules (aturan-aturan dasar) yang harus dipatuhi. Misalnya saja, saat menyelam tubuh harus tetap fit, stamina kuat, tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun. “Tidak selamanya yang bisa berenang akan langsung bisa diving,” timpalnya.
Mengantongi sertifikasi penyelam Advance Open Water, membuatnya getol akan keindahan dan kekayaan biota laut Bontang. Terjunlah ia sebagai volunteer di dalam Forum Peduli Terumbu Karang Bontang dan Pokmawas Geladi (Gelembung Laut Abadi).
“Banyak kegiatan namun kurang promosi. Akhirnya saya mencoba kembangkan di dunia pariwisata. Awalnya, mereka konsen di penanaman terumbu karang, mangrove. Saya coba angkat sisi pariwisatanya,” sambungnya.
Tujuannya, katanya, agar Forum dapat berdiri secara mandiri. Tidak begitu mengandalkan bantuan yang belum tentu didapatkan setiap tahunnya. “Mungkin dengan pariwisata, bisa menjadi mandiri,” tukasnya.
Alhasil, dirinya melakukan promosi melalui brosur. Media sosial seperti blog, instagram, dan facebook. Hingga kini, perlahan usaha penyelaman sekaligus hobinya terus berkembang. Pun ia mengaku, sebagai guide diving, dalam sebulan ada saja 40 hingga 50 wisatawan ingin menapaki keindahan wisata bahari Bontang.
“Unik sekali, membuat saya tertarik Pulau Segajah dan Gelembung Laut Abadi itu,” tutupnya. (*/pre)
Via : Bontang Post