Anda doyan bikin status dan mem-posting foto-foto di Facebook? Tiap menit, selalu mencek status orang lalu mengomentarinya?
Jika begitu, ada kemungkinan Anda merasa tak aman dalam sebuah hubungan, sehingga kemudian Anda mencari perhatian dari orang lain untuk merasa lebih baik.
Setidaknya, kesimpulan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti di Union College di Schenectady, New York dan dipublikasikan di jurnal Personality and Individual Differences. Dilansir dari laman Dailymail, 10 Februari 2015, para ilmuwan menemukan bahwa orang-orang dengan tipe yang takut penolakan, menghabiskan waktu lebih banyak mencari 'respons atau timbal balik' di jejaring sosial.
Tim ini kemudian menyimpulkan bahwa mereka juga cenderung merasa tidak aman dalam hubungan mereka. Mereka kerap meng-update status, me-like status posting-an orang lain--dengan harapan mendapat perhatian dari orang lain.
Kesimpulan ini merupakan hasil dari dua kali survei terhadap 600 responden berusia 18 hingga 83 tahun. Tim peneliti menanyakan kepada responden mengenai kecenderungan mereka dalam sebuah hubungan dekat dan kebiasaan berselancar di Facebook.
Dari jawaban responden, ada dua macam pengguna aktif Facebook. Pertama, mereka yang aktif, namun diliputi kecemasan. Kedua, aktif di Facebook karena mereka memang tipe ekstrover, yang ditandai dengan rasa percaya diri tinggi, kepribadian terbuka, dan senang bergaul.
Mereka yang dilingkupi rasa cemas, cenderung khawatir kalau mereka tak disukai, ditolak, atau bahkan diabaikan. Menurut peneliti, tipe responden ini sangat mendambakan untuk merasa diterima dan disukai.
Jumlah orang yang masuk kategori tipe pengguna aktif Facebook yang cemas itu, kata tim peneliti, paling banyak ditemukan dalam penelitian mereka tersebut-- meski tak disebutkan berapa persentasenya. Tim peneliti menyebut tipe ini sebagai 'pencari timbal balik' di Facebook.
"Orang-orang tipe ini merasa dirinya lebih baik ketika mereka mendapat banyak comment, like, dan timbal balik lainnya saat mem-posting sesuatu," demikian kata Dr Joshua Hart, pemimpin penelitian ini. Sebaliknya, jika timbal balik posting-an mereka sedikit atau tak ada, kelompok ini merasa buruk mengenai diri mereka sendiri.
Studi ini merupakan salah satu penelitian yang mempelajari alasan orang berselancar di Facebook. Hart menambahkan, studi-studi ini konsisten dengan intuisi banyak orang bahwa individual menggunakan Facebook untuk memenuhi kebutuhan emosional. "Dan kebutuhan akan hubungan yang tak mereka jumpai di dunia nyata," imbuhnya.
Di kalangan akademisi ilmu psikologi dan budaya pop, imbuh Hart, memang masih ada perdebatan apakah Facebook menjadi sarana yang sehat atau tidak sehat untuk memenuhi kebutuhan manusia yang satu itu.
"Namun, penelitian ini menguak bahwa kepribadian merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan ketika mempelajari penyebab dan konsekuensi 'hubungan' orang-orang dengan media sosial."